SIFAT JAMAL DAN JALAL MANIFESTASI ALLAH DALAM MA’RIFAT
Dalam tasawuf, Allah menampakkan diri kepada hamba-Nya melalui dua manifestasi utama: Madzhahirul Jamal (manifestasi keindahan) dan Madzhahirul Jalal (manifestasi keagungan). Kedua sifat ini bukan sekadar konsep, tetapi realitas spiritual yang dirasakan oleh para pencari Tuhan dalam perjalanan menuju ma’rifatullah. Madzhahirul Jamal adalah pancaran kasih sayang, kelembutan, dan rahmat Allah. Ketika sifat ini dominan, dunia terasa penuh dengan ketenangan dan keberkahan. Bulan Sya'ban, misalnya, disebut sebagai waktu di mana Allah menampakkan Jamal-Nya, sehingga umat Islam merasakan cinta-Nya melalui turunnya keberkahan dan diperbanyaknya shalawat kepada Rasulullah ﷺ. Madzhahirul Jalal, sebaliknya, adalah manifestasi keperkasaan dan kebesaran Allah. Saat sifat ini tampak, ujian dan cobaan datang silih berganti, menguji keimanan hamba-hamba-Nya. Dalam kondisi ini, para sufi diajarkan untuk tetap husnuzan kepada Allah, menerima qadha dan qadar-Nya, serta menjadikan segala peristiwa sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya. Madzhahirul Jamal: Manifestasi Keindahan AllahMadzhahirul Jamal merujuk pada kelembutan dan kasih sayang Allah yang tampak dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah bulan Sya’ban, di mana Allah menampakkan keberkahan dan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk.Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 56:اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56)Menurut Imam Qurthubi, ayat ini diturunkan pada bulan Sya’ban, menunjukkan betapa besarnya rahmat Allah dalam manifestasi Jamal-Nya.
Madzhahirul Jalal: Manifestasi Keagungan AllahSebaliknya, Madzhahirul Jalal berkaitan dengan keperkasaan dan kebesaran Allah, yang sering kali tampak dalam bentuk ujian dan cobaan. Hal ini disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 286:لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." (QS. Al-Baqarah: 286)Ketika seseorang diuji dengan cobaan berat, sesungguhnya ia sedang berhadapan dengan manifestasi Jalal Allah. Para sufi meyakini bahwa di balik Jalal selalu ada Jamal—di balik ujian selalu ada rahmat yang tersembunyi.
Maqam Ma’rifatullah: Mengalami Jamal dan JalalSyekh Abdul Qadir al-Jilani menjelaskan bahwa seorang murid yang mencapai maqam ma’rifatullah akan mengalami kedua manifestasi ini dengan dampak yang sangat mendalam:• Ketika Madzhahirul Jamal tampak:-Batin dipenuhi kebahagiaan dan kelapangan.-Merasakan kedekatan luar biasa dengan Allah.-Bisa bertemu dengan Rasulullah ﷺ dalam keadaan batin.-Hati sering tersenyum dan penuh kasih sayang.• Ketika Madzhahirul Jalal tampak:-Merasa kecil, hina, dan tidak berdaya di hadapan Allah.-Hati seperti digenggam dan dicengkeram oleh kekuasaan-Nya.-Banyak menangis karena merasakan keagungan dan kebesaran Allah.Seorang murid yang benar-benar mencapai maqam ma’rifatullah harus siap menghadapi Jamal dan Jalal dengan penuh kesadaran dan kepasrahan kepada Allah.Bagaimana Kita Menyikapi Kedua Sifat Ini?° Bersyukur ketika berada dalam kelembutan Jamal-Nya.
° Bersabar ketika diuji oleh kebesaran Jalal-Nya.
° Menggunakan keduanya dalam kehidupan, seperti seorang guru Mursyid yang terkadang lembut kepada muridnya (Jamal), namun tetap tegas dalam mendidik (Jalal).Dengan memahami konsep Jamal dan Jalal, kita bisa lebih bijak dalam menjalani kehidupan bersyukur saat mendapat kelembutan Allah dan bersabar saat menghadapi ujian-Nya. Inilah jalan menuju ma’rifatullah, mengenal Allah dalam keindahan dan keagungan-Nya.Semoga kita semua dapat memahami sifat Jamal dan Jalal Allah, serta menjadikannya sebagai jembatan menuju ma’rifatullah.إِلٰهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَقِمْ مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ"Wahai Tuhanku, Engkaulah tujuan utamaku, dan keridhaan-Mu adalah yang kucari. Tegakkanlah dalam diriku kecintaan dan makrifat kepada-Mu."
Sumber dari KAJIAN TAUHID BUYA SYAKUR
Dalam tasawuf, Allah menampakkan diri kepada hamba-Nya melalui dua manifestasi utama: Madzhahirul Jamal (manifestasi keindahan) dan Madzhahirul Jalal (manifestasi keagungan). Kedua sifat ini bukan sekadar konsep, tetapi realitas spiritual yang dirasakan oleh para pencari Tuhan dalam perjalanan menuju ma’rifatullah.
Madzhahirul Jamal adalah pancaran kasih sayang, kelembutan, dan rahmat Allah. Ketika sifat ini dominan, dunia terasa penuh dengan ketenangan dan keberkahan. Bulan Sya'ban, misalnya, disebut sebagai waktu di mana Allah menampakkan Jamal-Nya, sehingga umat Islam merasakan cinta-Nya melalui turunnya keberkahan dan diperbanyaknya shalawat kepada Rasulullah ﷺ.
Madzhahirul Jalal, sebaliknya, adalah manifestasi keperkasaan dan kebesaran Allah. Saat sifat ini tampak, ujian dan cobaan datang silih berganti, menguji keimanan hamba-hamba-Nya. Dalam kondisi ini, para sufi diajarkan untuk tetap husnuzan kepada Allah, menerima qadha dan qadar-Nya, serta menjadikan segala peristiwa sebagai bentuk penghambaan kepada-Nya.
Madzhahirul Jamal: Manifestasi Keindahan Allah
Madzhahirul Jamal merujuk pada kelembutan dan kasih sayang Allah yang tampak dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah bulan Sya’ban, di mana Allah menampakkan keberkahan dan rahmat-Nya kepada seluruh makhluk.
Allah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 56:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS. Al-Ahzab: 56)
Menurut Imam Qurthubi, ayat ini diturunkan pada bulan Sya’ban, menunjukkan betapa besarnya rahmat Allah dalam manifestasi Jamal-Nya.

Sebaliknya, Madzhahirul Jalal berkaitan dengan keperkasaan dan kebesaran Allah, yang sering kali tampak dalam bentuk ujian dan cobaan. Hal ini disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 286:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ ۗ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." (QS. Al-Baqarah: 286)
Ketika seseorang diuji dengan cobaan berat, sesungguhnya ia sedang berhadapan dengan manifestasi Jalal Allah. Para sufi meyakini bahwa di balik Jalal selalu ada Jamal—di balik ujian selalu ada rahmat yang tersembunyi.

Syekh Abdul Qadir al-Jilani menjelaskan bahwa seorang murid yang mencapai maqam ma’rifatullah akan mengalami kedua manifestasi ini dengan dampak yang sangat mendalam:
• Ketika Madzhahirul Jamal tampak:
-Batin dipenuhi kebahagiaan dan kelapangan.
-Merasakan kedekatan luar biasa dengan Allah.
-Bisa bertemu dengan Rasulullah ﷺ dalam keadaan batin.
-Hati sering tersenyum dan penuh kasih sayang.
• Ketika Madzhahirul Jalal tampak:
-Merasa kecil, hina, dan tidak berdaya di hadapan Allah.
-Hati seperti digenggam dan dicengkeram oleh kekuasaan-Nya.
-Banyak menangis karena merasakan keagungan dan kebesaran Allah.
Seorang murid yang benar-benar mencapai maqam ma’rifatullah harus siap menghadapi Jamal dan Jalal dengan penuh kesadaran dan kepasrahan kepada Allah.
Bagaimana Kita Menyikapi Kedua Sifat Ini?
° Bersyukur ketika berada dalam kelembutan Jamal-Nya.
° Bersabar ketika diuji oleh kebesaran Jalal-Nya.
° Menggunakan keduanya dalam kehidupan, seperti seorang guru Mursyid yang terkadang lembut kepada muridnya (Jamal), namun tetap tegas dalam mendidik (Jalal).
° Bersabar ketika diuji oleh kebesaran Jalal-Nya.
° Menggunakan keduanya dalam kehidupan, seperti seorang guru Mursyid yang terkadang lembut kepada muridnya (Jamal), namun tetap tegas dalam mendidik (Jalal).
Dengan memahami konsep Jamal dan Jalal, kita bisa lebih bijak dalam menjalani kehidupan bersyukur saat mendapat kelembutan Allah dan bersabar saat menghadapi ujian-Nya. Inilah jalan menuju ma’rifatullah, mengenal Allah dalam keindahan dan keagungan-Nya.
Semoga kita semua dapat memahami sifat Jamal dan Jalal Allah, serta menjadikannya sebagai jembatan menuju ma’rifatullah.
إِلٰهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَقِمْ مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ
"Wahai Tuhanku, Engkaulah tujuan utamaku, dan keridhaan-Mu adalah yang kucari. Tegakkanlah dalam diriku kecintaan dan makrifat kepada-Mu."
Sumber dari KAJIAN TAUHID BUYA SYAKUR
Tiada ulasan:
Catat Ulasan