Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya."
(Hadis riwayat al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman)
Di antara jalan paling sunyi dan sulit dalam kehidupan spiritual adalah jalan menuju Allah. Ia bukan jalan luar, melainkan jalan ke dalam menelusuri lapisan demi lapisan diri, hingga sampai pada hakikat ruhani yang paling murni.
Jalan ini disebut oleh para arif sebagai suluk, dan salah satu poros utamanya adalah: penyucian nafsu.
Melalui peningkatan martabat nafsu dalam diri, manusia dapat beranjak dari gelapnya keakuan menuju terang cahaya Ilahi. Dari dorongan rendah yang membelenggu jiwa, menuju kemurnian batin yang menjadi cermin tempat Allah tampak.
Para arif billah mengajarkan bahwa jalan peningkatan jiwa dari gelapnya syahwat menuju cahaya kesempurnaan mesti dilalui dengan menapaki tujuh martabat nafsu. Tujuh tangga kesadaran batin, satu demi satu, menuju hadirat Tuhan.
° Tujuh martabat itu adalah:
1. Nafsu Ammarah
2. Nafsu Lawwamah
3. Nafsu Mulhamah
4. Nafsu Muthmainnah
5. Nafsu Radhiah
6. Nafsu Mardhiah
7. Nafsu Kamilah
-Setiap martabat bukan sekadar istilah,
tapi pancaran cermin batin yang terus diseka dalam suluk panjang. Ia adalah jalan sunyi dari rimba gelap syahwat menuju taman cahaya yang bersemi di bawah naungan ridha Ilahi.
tapi pancaran cermin batin yang terus diseka dalam suluk panjang. Ia adalah jalan sunyi dari rimba gelap syahwat menuju taman cahaya yang bersemi di bawah naungan ridha Ilahi.
Mari kita renungi satu per satu:
1. Nafsu Ammarah
Perangai orang pada martabat nafsu ini selalu memperturutkan kehendak hawa nafsu dan bisikan syaitan. Kerana itu, nafsu amarah ini kerjanya senantiasa menyuruh berbuat maksiat, baik ia tahu perbuatan itu jahat atau tidak. Bagi dia, baik dan buruk adalah sama saja. Kejahatan dipandangnya tidak menjadikan apa-apa bila dikerjakan. Dia tidak mencela kejahatan, bahkan sebaliknya selalu sinis dan suka mencela segala bentuk kebaikan yang diperbuat orang lain.
Nafsu ammarah ini adalah derajat yang paling rendah sekali, sangat berbahaya, serta merugikan diri pribadi yang sekaligus akan menyeretnya ke lembah kehinaan.
"Jangan sibuk mengubah dunia, sebelum engkau jinakkan binatang dalam dirimu sendiri."
_-Sifat-sifat orang pada martabat nafsu amarah:
Bakhil atau kikir
Tamak dan loba kepada harta benda
Berlagak sombong dan takabbur (membanggakan diri)
Suka bermegah-megahan dan bermewah-mewahan
Ingin namanya terkenal dan populer
Hasad dan dengki
Berniat jahat dan khianat
Lupa kepada Allah SWT
Dan lain-lain sifat tercela
Dzikir pada maqom ini:
Dzikir “nafi dan isbat” dan banyak mengingat Allah ketika berdiri, duduk, dan berbaring, disamping zikrul maut (ingat pada mati).
Dzikir “nafi dan isbat” dan banyak mengingat Allah ketika berdiri, duduk, dan berbaring, disamping zikrul maut (ingat pada mati).
Namun ketika cahaya kesadaran mulai menyelinap ke hati, dan ia menangis dalam kesendirian atas maksiat yang pernah ia lakukan, itulah pertanda ia mulai berpindah ke Nafsu Lawwamah
•••••
2. Nafsu Lawwamah
Orang pada martabat nafsu ini suka mengritik atau mencela kejahatan dan membencinya. Apabila ia terlanjur berbuat kejahatan, ia lekas menyadari dan menyesali dirinya. Memang dia menyukai perbuatan baik, tapi kebaikan ini tidak dapat dipertahankan secara terus menerus, karena dalam hatinya masih bersarang maksiat-maksiat batin.
Meskipun hal ini diketahuinya tercela dan tidak disukainya, namun selalu saja maksiat batin itu menyerangnya. Sehingga apabila kuat serangan maksiat batin itu, maka sekali-kala dia berbuat maksiat dzahir karena tidak mampu melawannya. Meskipun demikian, dia tetap berusaha menuju keredhaan Allah sambil mengucap istighfar memohon ampun dan menyesal atas kemaksiatan yang diperbuatnya.
"Ia mulai mengenal Allah, tapi masih sering berdamai dengan musuh dalam dirinya sendiri."
_-Sifat-sifat nafsu lawwamah:
Menyadari kesalahan diri atau menyesal berbuat kejahatan
Timbul perasaan takut kalau bersalah
Kritis terhadap apa saja yang dinamakan kejahatan
Heran kepada diri sendiri, mengira dirinya lebih baik dari orang lain (ujub)
Memperbuat suatu kebaikan agar dilihat dan dikagumi orang (riya’)
Menceritakan kebaikan yang telah diperbuatnya supaya mendapat pujian orang (sum’ah)
Dan lain-lain sifat tercela dalam hati
Dzikir pada maqom ini:
Perbanyak dzikir qolbu atau hati. Dzikir lisan atau lidah sudah berpindah masuk ke dalam hati sehingga hati hidup bergerak dengan zikir tanpa menggunakan lidah lagi.
Perbanyak dzikir qolbu atau hati. Dzikir lisan atau lidah sudah berpindah masuk ke dalam hati sehingga hati hidup bergerak dengan zikir tanpa menggunakan lidah lagi.
Dan ketika istighfarnya bukan sekadar ucapan, tapi getaran dari jiwa yang haus akan perjumpaan dengan Allah, maka ilham mulai menyapa.
Ia pun naik menuju Nafsu Mulhamah.
Ia pun naik menuju Nafsu Mulhamah.
•••••
3. Nafsu Mulhamah
Martabat nafsu mulhamah ini adalah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses pensucian dari sifat-sifat hati yang kotor dan tercela melalui cara kehidupan orang-orang tasawwuf (sufi).
Orang pada martabat nafsu mulhamah ini boleh dikatakan baru mulai masuk tingkat kesucian, baru mulai mencapai fana, tetapi belum teguh dan mantap karena ada kemungkinan sifat-sifat terpuji itu akan lenyap dari dirinya.
"Ia melihat cahaya, tapi belum lebur ke dalamnya. Ia masih 'ada' dalam rasa sudah dekat."
_-Sifat-sifat nafsu mulhamah:
Tidak menyayangi harta benda (pemurah)
Merasa cukup dengan apa yang ada (qona’ah)
Mempunyai ilmu laduni, yaitu ilmu yang didapat dari ilham
Timbul perasaan merendahkan diri kepada Allah (tadlarru’)
Taubat, memohon ampun kepada Allah dari dosa
Sabar dalam segala hal yang menimpa
Tenang menghadapi segala kesulitan
Dzikir pada maqom ini:
Perbanyak dzikir sir (rahasia). Ketika berdzikir, hadirkan “Wujud Allah” yang mutlak, karena tiada wujud yang mutlak melainkan Allah.
Perbanyak dzikir sir (rahasia). Ketika berdzikir, hadirkan “Wujud Allah” yang mutlak, karena tiada wujud yang mutlak melainkan Allah.
Saat ilham dari Allah makin terang, dan ketaatan mulai menjadi kebutuhan, bukan paksaan, maka jiwa pun tenang dalam takdir dan mulai menyentuh Nafsu Muthmainnah
•••••
4. Nafsu Muthmainnah
Apabila orang pada martabat nafsu mulhamah tetap dalam proses mencapai maqam hakikat dan ma’rifat, maka akan melekatlah di lubuk hatinya sifat-sifat terpuji itu, dan terkikis habislah sifat-sifat yang tercela. Maka pada waktu itulah dia masuk ke dalam martabat nafsu muthmainnah.
Nafsu ini adalah sebagai permulaan mencapai derajat sufi atau wali. Orang yang telah mencapai martabat nafsu ini senantiasa merasa hatinya seolah-olah berada bersama Allah (ma’allah).
Ia memandang ujian sebagai undangan, dan musibah sebagai tanda cinta-Nya."
_-Sifat-sifat nafsu muthmainnah:
Pemurah dan suka bersedekah
Menyerahkan diri kepada Allah (tawakkal)
Bersifat arif dan bijaksana
Kuat beramal dan kekal mengerjakan sholat
Mensyukuri nikmat dengan membesarkan Allah
Menerima dengan rasa puas apa yang dianugerahkan Allah (ridha)
Taqwa kepada Allah (taqwallah)
Dan lain-lain sifat yang mulia
Dzikir pada maqom ini:
Dzikir tetap hidup dalam rahasia (sir), yaitu batin bagi ruh.
Dzikir tetap hidup dalam rahasia (sir), yaitu batin bagi ruh.
Ketika ketenangan jiwa itu disertai cinta dan penerimaan penuh terhadap semua keputusan Allah, maka jiwa pun naik lebih tinggi menjadi Nafsu Radhiyah.
•••••
5. Nafsu Radhiyah
Martabat ini lebih tinggi dari nafsu muthmainnah. Nafsu radhiah ini sangat dekat dengan Allah dan menerima dengan perasaan ridha segala hukum Allah.
Segala masalah kehidupan duniawi sama saja bagi para wali martabat ini. Nilai uang sama saja dengan kertas biasa. Mereka tidak takut kepada siapapun, dan tidak bersedih hati atas penderitaan seperti orang awam.
"Ia tidak pernah merasa zuhud, sebab ia telah lupa bahwa ia tengah berzuhud."
_-Sifat-sifat nafsu radhiah:
Zuhud dari dunia
Ikhlas kepada Allah
Wara’ dalam ibadat
Meninggalkan segala sesuatu yang bukan pekerjaannya
Menunaikan dan menetapkan hukum-hukum Allah
Dan lain-lain perangai mulia dan terpuji
Kesadaran hati:
Seolah-olah ia berada dalam Allah (fillah). Dzikirnya hidup dalam persembunyian rahasia (sirrus sirr).
Seolah-olah ia berada dalam Allah (fillah). Dzikirnya hidup dalam persembunyian rahasia (sirrus sirr).
Dzikir pada maqom ini:
Dzikir Sirrus-Sirr dzikir batin terdalam, tersembunyi dalam keheningan.
Dzikir Sirrus-Sirr dzikir batin terdalam, tersembunyi dalam keheningan.
Dan ketika Allah telah melihat hatinya bersih dari protes, dan ia tidak meminta selain ridha Allah, maka Allah pun membalasnya dengan ridha mengangkatnya ke Nafsu Mardhiah
•••••
6. Nafsu Mardhiah
Martabat ini lebih tinggi dari nafsu radhiah, karena segala perilaku, baik perkataan maupun perbuatan orang pada martabat ini, adalah diredhai Allah.
Jiwanya, perasaannya, lintasan hatinya, gerak-geriknya, pendengarannya, penglihatannya, perkataannya, semua itu diredhai Allah.
"Ia bukan sedang berjalan menuju Allah ia telah sampai, tapi terus berjalan karena cinta."
_-Sifat-sifat nafsu mardhiah:
Akhlak mulia seperti Nabi-nabi
Ramah dalam pergaulan sebagaimana perangai para Nabi
Senantiasa merasa berdampingan dengan Allah
Selalu berfikir tentang kebesaran Allah
Ridha dengan semua pemberian Allah
Dan lain-lain budi pekerti yang luhur
Kesadaran hati:
Seolah-olah dalam keadaan dengan Allah (billah), terus mengambil ilmu dari Allah, setelah fana’, kembali ke maqam baqa’, hidup di tengah masyarakat untuk menuntun ke jalan Allah.
Seolah-olah dalam keadaan dengan Allah (billah), terus mengambil ilmu dari Allah, setelah fana’, kembali ke maqam baqa’, hidup di tengah masyarakat untuk menuntun ke jalan Allah.
Dzikir pada maqom ini:
Hidup dalam persemadian rahasia (khafi), yaitu batin bagi “sirrus sirri”.
Hidup dalam persemadian rahasia (khafi), yaitu batin bagi “sirrus sirri”.
Dan ketika jiwa ini tak lagi punya kehendak selain kehendak-Nya, hidupnya menjadi cermin keindahan-Nya, maka ia pun tiba di puncak: Nafsu Kamilah
•••••
7. Nafsu Kamilah.
Martabat ini adalah yang tertinggi dan paling istimewa, karena ia menghimpun antara batin dan lahir, antara hakikat dan syariat. Inilah maqam Baqa Billah atau Kamil Mukammil atau Insanul Kamil.
Ruh dan hatinya kekal dengan Allah, tetapi lahirnya hadir bersama masyarakat, menjadi pemimpin dan pembina umat menuju keridhaan Allah. Bahkan saat tidur pun hatinya tidak lalai dari musyahadah kepada Allah.
"Ia tak meminta maqam tinggi, tak butuh karamah cukup Allah, dan cukuplah Allah."
Kesadaran hati:
Hidup dalam musyahadah setiap waktu. Gerak-gerinya adalah ibadah semata-mata. Maqam ini disebut maqam khawasul khawas tidak bisa dinilai dengan apa pun di dunia.
Hidup dalam musyahadah setiap waktu. Gerak-gerinya adalah ibadah semata-mata. Maqam ini disebut maqam khawasul khawas tidak bisa dinilai dengan apa pun di dunia.
Dzikir pada maqom ini:
Hidupnya adalah dzikir. Tak ada lagi dikotomi antara ibadah dan dunia, sebab semuanya adalah jalan kembali.
Hidupnya adalah dzikir. Tak ada lagi dikotomi antara ibadah dan dunia, sebab semuanya adalah jalan kembali.
Oleh itu, perkuatkan amal soleh. Usahalah mencapai tingkatan martabat nafsu paling tinggi, bukan kerana ingin darjat wali atau karomah, tapi kerana ingin kan Allah semata-mata.
Wallahu a'lam bishawab.
•═══◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══•
Catatan Penting.!
Dzikir-dzikir yang disebutkan dalam penjelasan tujuh martabat nafsu di atas adalah dzikir khawas (dzikir khusus) yang biasa diberikan dalam jalan suluk oleh seorang Mursyid kamil dalam thariqah yang mu’tabarah.
Tidak dianjurkan untuk diamalkan sendiri tanpa talqin (pengajaran langsung dari guru mursyid), karena:
Dikhawatirkan menyebabkan kebingungan batin atau gangguan spiritual,
Tanpa bimbingan, seseorang bisa terjebak dalam was-was, ujub, atau pengalaman batin yang tidak ia pahami,
Dzikir-dzikir khawas punya pintu dan aturan khusus yang hanya dibuka oleh guru ruhani.
Maka bagi yang belum pernah menerima talqin dzikir dari guru mursyid, cukup istiqamah dengan dzikir umum seperti:
“Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, La ilaha illallah”
Yang disunnahkan oleh Nabi ï·º dan diperbolehkan untuk semua kalangan.
Yang disunnahkan oleh Nabi ï·º dan diperbolehkan untuk semua kalangan.
Tulisan ini ditujukan sebagai kontemplasi dan peta spiritual, bukan sebagai panduan amalan praktis tanpa bimbingan.
Sumber dari Prawira Fadil