Rabu, 12 Mac 2025

JANGAN TINGGALKAN WIRID HANYA KARENA BELUM MENDAPAT WARID

 



JANGAN TINGGALKAN WIRID HANYA KARENA BELUM MENDAPAT WARID
Wirid yang Mendatangkan Warid dalam Tasawuf
Dalam ajaran tasawuf, wirid adalah amalan dzikir, doa, atau bacaan tertentu yang dilakukan secara istiqamah (konsisten) untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sementara itu, warid adalah anugerah ilahi berupa ilham, ketenangan hati, atau pemahaman spiritual yang diberikan kepada seorang hamba sebagai hasil dari kesungguhannya dalam beribadah.
Warid ini bisa berupa cahaya (nur ilahi), pemahaman (fahm), atau rasa kedekatan dengan Allah (uns dan mahabbah) yang tiba-tiba muncul dalam hati seorang hamba yang sedang dalam perjalanan spiritual. Namun, warid tidak bisa diperoleh dengan paksaan, melainkan merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada mereka yang telah menyiapkan hati mereka dengan kesungguhan dalam ibadah dan wirid.
---
• Imam Al-Qusyairi dalam kitab Risalah Al-Qusyairiyah menyebutkan bahwa warid tidak akan turun kecuali di atas hati yang bersih dan siap menerimanya. Oleh karena itu, seorang murid harus memperbanyak wirid agar hatinya selalu dalam keadaan siap.
> وَإِنَّمَا تَرِدُ الْوَارِدَاتُ عَلَى قَدْرِ الاِسْتِعْدَادِ وَالطَّهَارَةِ
"Sesungguhnya warid itu datang sesuai dengan kesiapan dan kebersihan hati." (Risalah Al-Qusyairiyah, hal. 214).📚
- Maksudnya, seseorang yang rajin dalam wirid akan mendapatkan hati yang bersih dan lapang sehingga ia lebih mudah menerima anugerah spiritual dari Allah. Warid bisa datang dalam bentuk ketenangan hati, pemahaman hakikat tertentu, atau bahkan pengalaman ruhani yang mendalam.
---
• Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam Al-Hikam
dalam kitabnya Al-Hikam menyebutkan:
> لَا تَتْرُكِ الْوِرْدَ لِعَدَمِ وُجُودِ الْوَارِدِ فَقَدْ ضَمِنَ لَكَ الْوِرْدَ وَلَمْ يَضْمَنْ لَكَ الْوَارِدَ
"Jangan tinggalkan wirid hanya karena belum mendapatkan warid. Sebab, Allah menjaminmu dalam berwirid, tapi tidak menjaminmu mendapatkan warid." (Al-Hikam, Hikmah ke-45).📚
- Syekh Ibnu Atha’illah menekankan bahwa wirid harus dilakukan dengan istiqamah, tanpa harus menunggu atau mengharapkan warid. Warid adalah anugerah yang datang sesuai dengan kehendak Allah, bukan sesuatu yang bisa dipaksakan oleh manusia.
---
• Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin
menjelaskan bahwa dzikir dan wirid berfungsi sebagai cara untuk membersihkan hati dari kesibukan dunia, sehingga hati menjadi lebih siap menerima cahaya ilahi.
> إِذَا أَكْثَرَ الْعَبْدُ مِنَ الذِّكْرِ، انْكَشَفَ لَهُ سُتُورُ الْغَيْبِ بِقَدْرِ مَا انْكَشَفَ مِنْ قَلْبِهِ مِنَ الْحُجُبِ
"Jika seorang hamba banyak berdzikir, maka akan terbuka baginya tirai-tirai gaib, sesuai dengan kadar terbukanya hati dari penghalang-penghalangnya." (Ihya’ Ulumuddin, Juz 4, hal. 255).📚
- Hati yang selalu sibuk dengan wirid akan semakin bersih dan suci dari hal-hal yang menghalangi datangnya cahaya ilahi. Dengan demikian, seseorang lebih mudah mendapatkan warid berupa ilham dan pemahaman mendalam tentang hakikat ketuhanan.
---
Bagaimana Wirid Mendatangkan Warid?
Menurut ulama tasawuf, ada beberapa proses bagaimana wirid bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk mendapatkan warid, antara lain:
° Tazkiyatun Nafs (Pembersihan Diri)
Wirid yang istiqamah akan membantu seseorang membersihkan hati dari penyakit batin seperti sombong, iri, dan cinta dunia.
-Dengan hati yang bersih, seseorang lebih mudah menerima cahaya ilahi yang disebut sebagai warid.
° Tajalli (Manifestasi Cahaya Ilahi dlam Hati)
Jika hati telah bersih, maka Allah bisa menurunkan nur (cahaya) yang membuat seseorang mendapatkan pemahaman mendalam tentang hakikat sesuatu.
° Warid dalam Bentuk Pemahaman dan Ilham. Warid tidak selalu berupa pengalaman spiritual yang luar biasa, tetapi bisa berupa pemahaman yang mendalam tentang suatu ilmu atau hikmah.
-Seorang yang rajin berwirid bisa tiba-tiba mendapatkan solusi atas masalahnya tanpa usaha yang terlalu keras, karena hatinya telah tersambung dengan Allah.
° Rasa Kedekatan dengan Allah (Uns dan Mahabbah)
Warid juga bisa berupa rasa manis dalam ibadah, di mana seseorang tidak lagi merasa berat dalam berdzikir atau beribadah, tetapi justru menikmatinya.
-Ini adalah bentuk tertinggi dari warid, di mana seseorang merasa selalu berada dalam kehadiran Allah.
---
_-Tanya Jawab Seputar Wirid dan Warid-_
Q: Apakah setiap orang yang berwirid pasti mendapatkan warid?
A: Tidak selalu. Warid adalah anugerah Allah yang diberikan sesuai dengan kehendak-Nya. Namun, orang yang istiqamah dalam wirid lebih berpeluang mendapatkan warid dibandingkan yang tidak berwirid.
Q: Apa tanda-tanda seseorang telah mendapatkan warid?
A: Tanda-tandanya antara lain bertambahnya pemahaman spiritual, ketenangan hati, meningkatnya kecintaan kepada Allah, dan berkurangnya ketertarikan pada hal-hal duniawi.
Q: Bagaimana jika sudah lama berwirid tetapi belum merasakan warid?
A: Tetap istiqamah dalam wirid, karena tujuan utama wirid adalah ibadah kepada Allah, bukan sekadar mendapatkan warid. Warid adalah karunia, bukan tujuan utama dalam ibadah.
---
Kesimpulan
- Wirid bukanlah penyebab langsung datangnya warid, tetapi ia berfungsi sebagai cara untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.
- Warid hanya diberikan kepada orang-orang yang hatinya siap dan bersih, sementara wirid adalah salah satu cara untuk mencapai kesiapan tersebut.
- Warid bisa berupa cahaya, pemahaman, atau rasa kedekatan dengan Allah yang tiba-tiba muncul dalam hati seorang hamba yang sedang dalam perjalanan spiritual.
- Istiqamah dalam wirid lebih utama daripada menunggu warid, karena wirid adalah bagian dari ibadah yang Allah jamin pahalanya, sedangkan warid adalah anugerah yang diberikan sesuai kehendak-Nya.

Sumber dari KAJIAN TAUHID BUYA SYAKUR

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

TUJUH MARTABAT NAFSU: JALAN SUNYI MENUJU ALLAH

  TUJUH MARTABAT NAFSU: JALAN SUNYI MENUJU ALLAH Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya." (Hadis riwayat al-Baih...